Tentang Mojokerto Bangkit

Sebuah gerakan bersama membangun mojokerto melalui cara sederhana dan kegiatan sederhana. Gerakan itu adalah sebuah komitmen kita untuk berupaya mengurangi sedikit demi sedikit apa yang tidak baik dalam diri dan lingkungan kita, kemudian sebaliknya dengan melakukan apapun yang mamang secara sadar itulah kebaikan dan bermanfaat untuk kita, daerah dan kehidupan. Tidak gampang, karena butuh komitmen dan dedikasi yang tinggi. Demikian juga sebaliknya tidak Sulit, karena kita ada dalam gerakan bersama.

Tidak gampang, karena butuh komitmen dan dedikasi yang tinggi. Demikian juga sebaliknya tidak Sulit, karena kita ada dalam gerakan bersama.

Kritik, Saran atau jika anda ingin kirim tulisan untuk dimuat di sini, silahkan kirim ke mojokertobangkit@gmail.com

Kerusakan Situs Capai 50 Persen

MOJOKERTO - Masih awamnya masyarakat Mojokerto tentang manfaat dan kelestarian situs peninggalan Kerajaan Majapahit menyebabkan tingkat kerusakan yang cukup tinggi. Terutama keberadaan situs yang berada di area produksi batu-batu.

Semisal yang ada di wilayah Klinterejo, Kecamatan Sooko maupun di Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Bahkan kerusakan didominasi karena campur tangan manusia, mencapai 50 persen dari keberadaan peninggalan kerajaan yang masih kerap ditemukan.

Itu dikatakan Koordinator Lembaga Pemerhati Situs Majapahit Gotrah Wilwatikta Mojokerto, Anam Anis saat mengunjungi lokasi situs di Desa Klinterjo, Kecamatan Sooko kemarin. ''Memang tingkat kerusakan sejauh ini kami belum bisa kalkulasi. Namun dari penelitian yang ada sementara kami bisa menyebut kerusakan situs mencapai 50 persen," katanya.

Dari luas situs ibu kota Kerajaan Majapahit 9x11 Km yang berada di wilayah Kecamatan Trowulan dan Sooko, Anis menjelaskan tingkat kerusakan terbesar sejauh ini berada di beberapa desa. Termasuk situs yang ada di Desa Klinterejo.

Meski berada di area petilasan Tri Buana Tungga Dewi, namun situs di atas lahan milik perangkat desa seluas 2,5 hektare itu sebelumnya kerap mengalami kerusakan, karena produksi lahan batu-bata. ''Kami melihat salah satu mengalami kerusakan terbesar situs di Klinterejo ini," ujarnya. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya temuan yang berserakan. Semisal bangunan tembok yang melintang, struktur batu-batanya banyak hilang. Bahkan, bangunan menyerupai ikon perumahan penduduk sulit untuk terdeteksi bentuk bangunannya.

Sebab, ribuan batu-bata yang melekat banyak yang hilang karena cuci tangan manusia. ''Tapi tidak bisa menyalahkan mereka. Artinya siapa yang merusak atau justru mengambil batu batu banyak yang belum tahu pelestarian dan manfaat situs yang ada," tutur pria yang berprofesi sebagai pengacara itu.

Dikatakan lagi, terdapat beberapa hal yang menyebabkan potensi kerusakan situs Majapahit. Pertama, masyarakat memang tidak mengerti UU pelestarian situs dan tata cara penemuan. Kedua, masyarakat mengerti UU dan peduli dengan situs namun tidak ada respons dari pemerintah. Dan juga masyarakat paham situs namun justru mengeksploitasi untuk mencari keuntungan. ''Namun dengan kepedulian dan pelestarian warga Desa Klinterejo selama kami rasa mereka sangat sadar dengan manfaat situs Majapahit. Dan itu cukup penting," paparnya.

Hal yang sama juga disampaikan Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (SNB) Pontjo Sutomo. Dikatakan, kesadaran warga desa Klinterejo terkait keberadaan situs patut untuk dihargai. Karenanya, yayasan yang baru berdiri pada 8 April 2009 di Jakarta kemarin juga berkesempatan memberikan penghargaan pada Desa Klinterejo atas kepedulian pada peninggalan budaya dan situs Majapahit.

''Dengan kepedulian masyarakat atas situs menunjuk bahwa ada masyarakat yang ingin memahami dan menghargai nilai-nilai budaya," katanya. Selain, memberikan penghargaan, SNB dan Gotrah Wilwatikta juga memberikan bantuan berupa 2 unit pompa air disel.

Diungkapkan Pontjo, kesadaran masyarakat terkait pelestarian situs dan budaya dinilai jarang diketahui. Sebab dengan melestarikan dan menjaga sama artinya masyarakat telah menonjolkan kesadaran. ''Budaya jangan saja diartikan identik tari-tarian, baju tradisional namun yang lebih bermartabat dan bermartabat," tandasnya.

dikutip dari radar mojokerto

0 komentar:

Posting Komentar